Kamis, 06 Februari 2014

Ada beberapa peganan yang menjadi kuliner khas perayaan acara-acara adat Suku Karo, terutama pada saat kerja tahun. Dan… semuanya terbuat dari beras berikut turunannya, tepung beras maksud saya. He-he-he… Ada beberapa penganan yang selalu ada di acara-acara istimewa tersebut.
Cimpa
1377789768275665387
Cimpa dibungkus daun singkut
Cimpa yang paling banyak dikenal adalah penganan yang terbuat dari beras ketan sebagai bahan utamanya dan sebagai intinya adalah campuran gula dan kelapa parut. Cimpa dibungkus dengan daun pisang. Tapi akan lebih afdol rasanya kalau cimpa dibungkus dengan daun singkut. Sejenis tanaman berdaun lebar yang tumbuh di daerah pegunungan dan biasa digunakan sebagai ganti tali pengikat juga obat-obatan. Saya sulit menemukan padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk menyebutkan jenis daun ini. Tapi yang pasti, penggunaan daun ini membuat cimpamenjadi sangat khas.
Sebenarnya cimpa terbagi atas beberapa jenis. Tapi cimpa jenis ini adalah salah satu yang menjadi favorit saya. Makanan dari ketan dengan inti kelapa dan gula merah yang sangat sedap. Campuran lada dan garam yang pas membuat rasanya tidak hambar. Kalau masyarakat Karo menyebut makanan tersebut la mbergeh.
Jenis cimpa lainnya yang juga favorit saya adalah cimpa matah. Seperti namanya matah,yang berarti mentah, mengolah jenis cimpa satu ini tidak memerlukan bantuan api. Tidak perlu dimasak. Wah… gimana caranya? Apa enaknya beras yang tidak dimasak? Hey, jangan protes dulu sebelum Anda mencobanya sendiri. Percayalah nenek moyang kita sangat jenius! Ada banyak penemuan luar biasa yang telah mereka hasilkan dari hasiltrial and error beratus ataupun mungkin berjuta kali sampai kemudian menemukan formula yang tepat dan meninggalkannya sebagai warisan kebudayaan. Kali ini kita berbicara tentang warisan budaya kuliner.
Cimpa matah terbuat dari tepung pulut putih, dicampur dengan merica, kelapa, dan gula merah yang ditumbuk menjadi satu dalam sebuah wadah yang disebut lesung. Nikmatnya penganan yang satu ini sangat sebanding dengan kerja keras dan lelah menumbuk dan menjadikan keseluruhan adonan menyatu sempurna menjadi makanan. Campuran yang telah menjadi merata tersebut kemudian dibuat sekepal-sekepal. Dalam masyarakat Batak Toba mirip dengan penganan pohul-pohul.
Jenis cimpa lainnya adalah cimpa unung-unung. Namanya, buat saya terkesan agak aneh. Cimpa jenis ini dibuat dari tepung pulut hitam atau tepung pulut putih yang dicampur dengan santan dan gula merah lalu dibungkus dengan daun pisang sebelum dikukus sampai matang. Saya tidak terlalu suka dengan jenis cimpa yang satu ini. Terlalu biasa dan tidak senikmat cimpa biasa yang memiliki inti kelapa dan gula merah di tengahnya.
Adalagi cimpa tuang. Penganan yang satu ini nggak akan bosan memakannya. Tapi sudah agak jarang ada. Terbuat dari tepung pulut putih, sagu, telur, kelapa, dan gula merah yang dicampur menjadi satu adonan. Adonan ini lalu digoreng di atas panci yang sudah diolesi daging lemak sapi. Rasanya… saya hampir lupa rasanya karena terakhir kali memakannya sewaktu masih kecil.
137778989176837900
Cimpa Bohan
Sewaktu menghadiri kerja tahun di kampung salah satu teman saya di Desa Munte, hem… sekitar 3-4 tahun lalu, saya juga menemukan cimpa bohan. Seperti namanya cimpa ini dimasak dengan cara dimasukkan ke dalam buluh bambu kemudian di panggang di atas api sampai matang benar. Unik sekali cara pengolahannya. Memasak cimpa bohan ini lebih lama dibandingkan dengan lemang. Dan… karena kandungan airnya jauh lebih sedikit, maka ruas-ruas batang bambu yang sudah diisi adonan harus dimasak dekat dengan api. Tapi harus dijaga agar masaknya merata dan sampai ke dalam.
Seperti halnya cimpa yang lainnya, cimpa bohan juga terbuat dari tepung beras ketan hitam ataupun putih dicampur dengan kelapa dan gula.
Lemang
1377790020197662723
Lemang
Jenis makanan lainnya, Lemang. Lemang sebenarnya bukan makanan yang menjadi milik Suku Karo satu-satunya. Beberapa masyarakat kebudayan lain di Indonesia juga mengenal jenis penganan ini. Masyarakat Minang misalnya. Bahkan jenis makanan yang terbuat dari beras pulut (ketan) yang dimasak dalam bungkusan daun pisang dalam buku bambu ini juga ditemukan di negara tentangga, Malaysia. Biasanya sebagai makanan pada hari raya Idul Fitri.
Lemang atau dalam bahasa Karo disebut rires, bisa dinikmati dengan berbagai saus pelengkap. Pada musim durian, sausnya akan dicampur dengan durian. Tapi pada masyarakat Karo biasa dimakan dengan saus yang disebut tengguli, terbuat dari gula merah. Hampir mirip dengan lupislah. Tapi lupis dimasak dengan dikukus sementara lemang dengan dipanggang dalam buku bambu. Nah, kalau di kampung halaman ibu saya, teman memakan lemang adalah cincang ikan atau babi yang  juga dimasak dalam buluh bambu.
Masyarakat Karo memang telah mencoba berbagai cara untuk mengolah beras. Termasuk dengan membakarnya, yang merupakan cara memasak untuk kalangan para raja. Luar biasa bukan?
Keistimewaan lemang masyarakat Karo adalah lemangnya biasa dimasak dengan kunyit, merica, dan lada hitam. Jadi warnanya kekuningan, bukan putih pucat. Aromanya juga sangat nikmat.
Tape
1377791222926929046
Tape
Tape. Olahan beras lainnya yang juga sangat biasa dihidangkan di berbagai acara kerja tahun. Untuk tape, rasa kecut manisnya beras ketan yang telah difermentasikan yang dibungkus dengan dedaunan, tentu kita semua sudah pernah merasakannya. Semakin baik menyimpan dan menjauhkan dari cahaya matahari, tentu rasa manisnya tape akan meningkat.
Terites dan Cipera
Untuk dua menu terakhir ini, bukan penganan yang terbuat dari beras-berasan. Tapi sering ada di acara kerja tahun. Kedua jenis makanan ini sangat unik. Terites, sebagai bahan lelucon kami sering juga menyebutnya dengan soto Karo, terbuat dari berbagai jenis sayuranberisi jeroan Sapi, Kerbau, atau kambing dicampur dengan bumbu dan puluhan jenis daun yang bermanfaat obat. Bahan dasar dari makanan ini adalah rumput atau dedaunan yang sengaja diberikan, yang terdapat pada perut besar Sapi, Kerbau, atau Kambing. Dedaunan tersebut digunakan sebelum menjadi kotoran dari usus besar sapi. Meskipun aromanya masih terasa dekat dengan kotoran sapi, menu satu ini adalah menu favorit. Para penggemarnya bahkan akan ketagihan bahkan sekadar mengendur sisa aromanya di tangan. Serius, saya sedang tidak bercanda. Satu lagi kelebihannya, menu satu ini bermanfaat obat, terutama untuk penderita sakit maag.
Kalau cipera, cipera adalah masakan khas Karo yang terbuat dari daging ayam kampung yang dimasak dengan tepung jagung sampai menjadi kuah kental bercita rasa pedas asam. Gurihnya luar biasa. Nggak jarang juga dicampur dengan jamur. Rasanya makin mantaplah.
Negara kita sangat kaya. Seperti uraian saya di atas tentang tradisi kerja tahun dan penganan untuk selebrasinya. Kerja tahun adalah bentuk gotong-royong dalam masyarakat Karo, gotong-royong dalam bertani, sekaligus bentuk kedaulatan pangan, ucapan syukur dan penghargaan kepada alam dan penciptanya. Budaya agraris masyarakat Karo ini adalah sebuah social heritage yang perlu dijaga.
Saya sangat yakin acara kerja tahun yang sangat menarik ini, secara filosofi terutama, kalau dikemas dengan menarik, bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk traveling di Indonesia. Para indonesia.travel mari kita kenali kebudayaan kita dengan berwisata di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar